Selasa, 10 November 2015

Garam Rakyat Sulit Diserap Industri?

1 komentar


Rencana kebijakan pemerintah untuk melakukan moratorium impor garam dikeluhkan  para pelaku industri berbahan baku garam. Jika dilihat memang niatan pemerintah melalui kebijakan tersebut adalah untuk mewujudkan swasembada garam nasional. Namun, kebijakan tersebut dinilai para pelaku usaha akan melemahkan daya saing industri berbahan baku garam dalam negeri. Selain karena pasokannya yang tidak stabil, para pelaku usaha juga mengeluhkan kualitas garam lokal yang rendah, benarkah demikian?

Kebutuhan garam nasional tahun 2015 diperkirakan sekitar 3,6 juta ton, dimana konsumsi rumah tangga  sekitar 650 ribu ton. Sementara itu sektor industri yang paling banyak menggunakan garam sebagai bahan baku proses produksinya, dengan pembagian 450 ribu ton untuk industri aneka pangan, 1,7 juta ton untuk industri kimia, 200 ribu ton untuk pengeboran minyak, 470 ribu ton untuk pakan ternak dan pengasinan ikan, industri lain 230 ribu ton dan . Sementara itu, luas lahan garam yang tersedia secara nasional sekitar 25 ribu ha dengan produksi rata-rata pertahun hanya sebesar 1,7 juta ton.  Sedangkan untuk  kekurangan supply garam (terutama untuk industri) tersebut dipenuhi dengan impor. (Kementerian Perindustrian: 2015)

Kondisi Garam Rakyat

Mutu garam rendah menjadi pertimbangan utama industri tidak menggunakan garam rakyat sebagai bahan baku proses produksi. Pasalnya, jika dipaksanakan akan menyebabkan hal-hal seperti; kerusakan mesin atau peralatan produksi, dan berkurangnya kualitas produk. Sementara garam rakyat tidak memenuhi standar nasional garam industri. Kualitas produk garam rakyat tidak seragam dengan kandungan zat pencemaran yang tinggi. Sehingga untuk peningkatan kualitas atau pemurnian kristal garam melalui pencucian menyebabkan naiknya biaya, oleh karena itu garam rakyat cenderung dijual dengan kualitas seadanya.

Produksi garam rakyat yang rendah hanya sekitar 60 s.d 80 ton/ha/musim juga disebabkan luas lahan per pengelola rendah. Pola usaha garam rakyat yang individual dan cenderung subsisten, selain itu fragmentasi kepemilikan lahan garam yang terlalu kecil (rata-rata hanya 0,75 ha/orang). Selain itu keterbatasan teknologi menjadi kendala rendahnya produktivitas garam rakyat.

Selama ini para pelaku industri lebih mengandalkan suplai garam impor, hal tersebut disebabkan garam impor memiliki spesifikasi yang baik dan memenuhi standar garam industri (SNI). Garam impor memiliki spesifikasi standar garam industri (rata-rata kandungan NaCl diatas 96%). Sementara, kondisi garam rakyat kualitasnya masih dibawah standar, dimana kandungan atau kadar NaCl dikisaran 88-92,5 %, dan kadar Mg 0,63- 0,92%. Selain itu, keberlangsungan suplai juga terjamin dan harga garam impor sangat kompetitif.

Harga garam impor juga tergolong murah berkisar sekitar US$ 38 - US$ 40/mt ( Kurs Rp. 13 ribuan) atau sekitar Rp. 500/kg (sudah sampai di pelabuhan Indonesia). Sedangkan garam rakyat harganya Rp. 750/kg FOB di tempat petambak. Selain harga tinggi dan kualitas rendah, jumlah produksi garam rakyat juga dianggap belum cukup memenuhi kebutuhan industri. Tidak terjaminnya keberlangsungan suplai sepanjang tahun dikarenakan kondisi iklim yang kurang mendukung proses pembuatan garam. Musim panas di Indonesia relatif pendek yaitu 4 s.d 5 bulan pertahun, dengan kelembapan udara cukup tinggi di kisaran 60-70%. Sedangkan di Negara-Negara penghasil garam impor seperti, Australia, Mexico atau China, memiliki musim panas sampai 11 bulan pertahun dengan humiditas 20-30%.

Industrialiasi Garam

Untuk menyelesaikan permasalahan garam nasional, pemerintah seharunya mendorong kearah industrialisasi garam. Di mana-mana swasembada garam (terutama garam industry) itu dapat terpenuhi oleh korporasi, bukan rakyat. Disamping itu pemerintah juga perlu melakukan pembenahan administrasi niaga garam, dan pembentukan lembaga independen.

Pembentukan tata kelola niaga yang baik secara otomatis akan membentuk frame hukum yang pro-rakyat. Jika selama ini industri garam diatur oleh tiga lembaga negara (Kementerian Kelautan dan Perikanan, Kementerian Perindustrian, dan Kementerian Perdagangan), maka kedepannya perlu dibuat sebuah lembaga independen yang secara khusus mengatur industri garam nasional, seperti Salt Commissioner di India. Adanya banyak campur tangan menunjukkan akan adanya banyak pihak yang berkepentingan dengan bisnis ini.

Hal teknis yang diperlukan untuk meningkatkan produksi garam adalah dengan memperbaiki sistem industri baik itu on-farm maupun off-farm. On-farm adalah memaksimalkan produksi lahan pertanian garam. Hal ini dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu: memilih tempat industri dengan memperhatikan iklim, letak geografis, suhu udara rerata, intensitas sinar matahari, dan kelembaban, penerapan teknologi yang tepat guna untuk meningkatkan efisiensi lahan garam yang sudah ada, misalnya dengan alat berat, dan upaya perluasan lahan garam. Perluasan lahan garam dapat dilakukan dengan proporsi yang sewajarnya dan dikombinasi dengan metode off-farm, yaitu pembuatan garam dengan teknologi modern tanpa harus menggunakan lahan yang luas.

Dengan tata kelola niaga, didukung oleh rekonstruksi sistem baik on-farm maupun off-farm, birokrasi yang mudah, perlindungan hukum yang pro-rakyat, dan juga melibatkan masyarakat petani garam secara keseluruhan dari hulu hingga hilir maka negara Indonesia akan mampu mencapai swasembada garam.  Dan tidak mustahil untuk menjadi pemasok utama garam di pasar global. (*)
Read more ►

Senin, 02 November 2015

Swasembada Garam dan Daya Saing Industri Nasional

0 komentar


Garam merupakan komoditas yang sangat penting dalam kebutuhan pokok masyarakat sehari-hari. Di Indonesia saat ini pemenuhan garam berasal dari hasil pengolahan garam tradisional oleh petani/petambak garam dan industri pengolahan garam baik dalam negeri maupun luar negeri (impor). Sebagai negara yang memiliki sumber daya alam dan sumber daya manusia yang melimpah Pemerintah berencana mengeluarkan kebijakan untuk menghentikan/moratorium impor garam. Banyak kalangan menilai kebijakan pemerintah tersebut dinilai kurang tepat karena dapat melemahkan daya saing industri dalam negeri, benarkah demikian?

Seperti diketahui berdasarkan penggunaannya pun garam dibedakan menjadi dua yaitu, garam konsumsi dan garam untuk industri. sebagaimana kita ketahui bahwa garam konsumsi adalah garam yang digunakan atau dapat diolah menjadi garam rumah tangga dan garam diet beryodium yang biasa dikonsumsi oleh masyarakat. Sedangkan garam industri digunakan sebagai bahan baku utama dan bahan penolong dalam proses produksi seperti industri kimia (industri Chlor Alkali Plant (CAP)), industri aneka pangan, industri farmasi, industri perminyakan, industri penyamakan kulit, dan water treatment.

Impor Sebagai Solusi

Melalui kebijakan moratorium impor garam, wacana swasembada garam pun semakin menguat. Produksi garam dalam negeri terus di genjot untuk dapat memenuhi kebutuhan dalam negeri. Namun pertanyaanya apakah hal tersebut realistis?

Seperti dijelaskan sebelumnya bahwa garam konsumsi dan garam industri merupakan dua hal yang berbeda. Kebutuhan garam konsumsi sekitar 993.000 ton pertahun sementara garam industri 1. 644.000 ton pertahun. Sedangakan pemenuhan kebutuhan garam dalam negeri hanya sekitar 1.200.000 yang berasal dari rakyat dan PT. Garam. Dengan demikian terdaoat sekitar 1.500.000 ton belum dapat terpenuhi.

Produksi garam rakyat yang rendah hanya sekitar 60 s.d 80 ton/ha juga disebabkan luas lahan per pengelola rendah. Pola usaha garam rakyat yang individual dan cenderung subsisten, selain itu fragmentasi kepemilikan lahan garam yang terlalu kecil (rata-rata hanya 0,75 ha/orang). Selain itu keterbatasan teknologi menjadi kendala rendahnya produktivitas garam rakyat.

Solusi agar Indonesia tidak terus-menerus tergantung pada impor garam adalah segera dilakukan berbagai penguatan. Bila sektor swasta tidak tertarik dengan industri ini, perlu ada penyertaan modal negara, untuk memecah kembali industri garam oleh BUMN. Penyertaan modal negara yang paling aman sementara ini ada di sektor hulu melalui BUMN Garam dan Subsidi bisa diberikan dalam wujud teknologi yang berupa alat-alat untuk memproduksi garam yang tepat guna dan mudah diimplementasikan oleh petani karena sangat tidak masuk akal kalau kita menjadi importir garam yang sangat besar.

Di lain sisi impor garam memang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan garam karena produksi garam nasional hanya 1,7 juta ton per tahun, sedangkan tingkat kebutuhan baik untuk konsumsi maupun industri mencapai 3,6 juta ton per tahun. Dengan demikian terdapat kekurangan supply garam sebesar 1,9 juta ton pertahun. Untuk itu kebijakan pemerintah yang paling realistis adalah melakukan impor sambil terus menyiapkan sistem produksi garam yang modern dan berdaya saing.

Daya Saing Industri

Ada berbagai industri yang menggunakan garam sebagai bahan baku proses produksinya. Dengan pembagian 450.000 ton untuk industri aneka pangan, 1,7 juta ton untuk industri kimia, 200.000 ton untuk pengeboran minyak, 470.000 ton untuk pakan ternak dan pengasinan ikan, industri lain 230.000 ton dan konsumsi rumah tangga 650.000 ton.

Sementara itu, luas lahan garam yang tersedia secara nasional sekitar 25.000 ha dengan produksi rata-rata pertahun hanya sebesar 1,7 juta ton. Tentunya bagi kebutuhan industri sebagian besar masih mengandalkan garam impor yang memerlukan kualitas khusus.

Selama ini para pelaku industri lebih mengandalkan supplai garam impor, hal tersebut disebabkan garam impor memiliki spesifikasi yang baik dan memenuhi standar garam indsutri (SNI). Sementara garam rakyat tidak memenuhi standar nasional garam industri. Kualitas produk garam rakyat tidak seragam dengan kandungan zat pencemaran yang tinggi. Sehingga untuk peningkatan kualitas atau pemurnian kristal garam melalui pencucian menyebabkan naiknya biaya, oleh karena itu garam rakyat cenderung dijual dengan kualitas seadanya.

Banyak faktor yang membuat garam produksi dalam negeri belum dapat digunakan untuk industri aneka pangan, kimia maupun farmasi. Faktor utama karena kualitas yang masih rendah. Selain itu, pola panen yang mengikuti cuaca tidak dapat menjaga kestabilan harga, karena ketika panen raya tiba terjadi pasokan yang berlebih sementara serapan garam stabil.

Keunggulan lain garam impor adalah ketersediaan yang melimpah sehingga keberlangsungan suplai terjamin. Hal tersebut berbeda dengan kondisi garam lokal yang ketersediaanya tidak terjamin, karena keberlangsungan suplainya tergantung pada kondisi iklim terkait. Sebagai gambaran di Indonesia sebagian besar wilayah memiliki mengalami musim kemarau yang relatif pendek yakni sekitar 4 s.d 5 bulan saja, sementara di negara-negara penghasil garam musim kemarau bisa mencapai 11 bulan per tahunnya. Adapun di wilayah timur Indonesia seperti NTT dapat mengalami musim kemarau hingga 8 bulan per tahun, namun di daerah tersebut belum tersedia lahan pegaraman, sumber daya manusia serta teknologi yang tepat guna.

Apabila dari beberapa faktor yang telah dijelaskan sebelumnya, maka swasembada garam yang dimaksud adalah kebutuhan garam konsumsi. Berbeda halnya apabila para pelaku industri berbahan  baku garam "dipaksakan" untuk memakai garam produksi rakyat/petambak. Daya saing industri dalam negeri akan rontok seketika. Selain karena penambahan biaya produksi akibat spesifikasi garam yang rendah juga ketersediaan garam yang tidak pasti akan menambah beban modal bagi industri dalam negeri yang mengakibatkan rendahnya daya saing dalam kancah global.


Pemerintah perlu mengkaji kembali kebijakan tata kelola garam nasional. Kebijakan tata kelola garam nasional haruslah melindungi petani garam rakyat tradisional tetapi juga jangan mematikan industri dalam negeri. (*)
Read more ►

Gangguan Mata akibat Keseringan Main "Gadget"

0 komentar

Salah satu gangguan mata yang paling umum dialami orang modern adalah mata kering dan terasa panas akibat penggunaan gadget yang terlalu sering. Maklum saja, gadget kini sudah menjadi barang wajib yang tak boleh lepas sedikit pun dari genggaman.

Terlalu lama menggunakan gadget juga akan membuat mata menjadi lelah, pandangan kabur, mata terasa tidak nyaman, merah, dan gangguan penglihatan lainnya. Menurut dr.Ikhasan Revino, spesialis mata dari klinik mata SMEC, gangguan pada mata juga bisa berpengaruh pada kondisi tubuh secara umum.

"Mata yang digunakan untuk melihat gadget seperti komputer, smartphone atau tablet dalam waktu lama dan tanpa istirahat dapat membuat mata lelah sehingga cepat mengantuk. Ini juga akan menyebabkan sakit kepala dan berpengaruh pula terhadap hormon-hormon yang mengatur kekebalan tubuh," kata dr.Ikhsan.

Efek buruk penggunana gadget yang terlalu sering ini bukan hanya dialami oleh orang dewasa, tapi juga anak-anak, terlebih gadget kini sudah menjadi "mainan" anak. Jika tidak dites, mata yang kita anggap normal ternyata sudah rusak. Ditambahkan oleh dr. D.A.N Canara Sari, Sp.M, memakai gadget dalam waktu lama dan jarak dekat bisa berpengaruh terhadap fokus pada jarak dekat dan menyebabkan mata minus.


Kebanyakan pasien anak-anak yang ditanganinya mengalami miopia atau rabun jauh. Gejala yang perlu diwaspadai orangtua adalah anak terlihat suka mengedipkan mata terus-menerus, jadi sering duduk terlalu dekat saat menonton televisi, membaca buku terlalu dekat, dan lain sebagainya.
Read more ►

Generasi Instan Dan Penyakit Malas

0 komentar

Saat ini media sangat cepat merespon suatu kondisi atau keadaan tertentu, dan seiring dengan berjalanya waktu, manusia akan semakin instan mengakses apapun yang terjadi di dunia ini, namun kenapa tetap saja ada yang kurang produktif? Ternyata jawabannya tetap sama seperti dulu, yaitu adanya penyakit malas yang berkembang dalam diri kita masing-masing, penyakit ini sangat-sngat mempengaruhi kehidupan kita.

Inilah realita yang mungkin telah dan akan terjadi pada anda jika anda membiarkan rasa malas itu nongkrong dan anda tidak mencoba untuk melawan rasa malas tersebut
  • Pendidikan anda anjlok, karena jiwa anda loyo untuk belajar
  • Bisnis anda hancur berantakan, karena anda tidak bersemangat untuk mengelolanya dengan baik
  • Karir anda berjalan di tempat dan tidak maju-maju, anda malas untuk meningkatkannya. Dan masih banyak lagi yang lainnya.

langkah kejamnya makhluk bernama malas itu ? Yeah, karena itulah, sejak sekarang anda HARUS menghilangkan, membuang, mengatasi dan bahkan menghajar rasa malas itu untuk menjemput masa depan anda yang cerah.. Inilah 3 Cara yang bisa membantu anda menghilangkan rasa malas anda dengan cepat.

Selalu berfikir positif dan mengatakan “Alangkah Indahnya Pagi ini..!”
Rasa malas itu akan datang pada anda jika anda selalu punya fikiran negative. Mungkin anda bertanya bagaimana untuk menghilangkan fikiran negative dari dalam diri kita? Tenang sahabat, salah satu trik yang sangat sederhana adalah setiap pagi ketika anda bangun tidur, ketika mau berangkat kerja, dan atau ketika mau melaksanakan kegiatan lainnya, selalu biasakan mengatakan, “Alangkah Indahnya Pagi ini..!” atau “Alangkah Indahnya Pekerjaan Ini” dan tulis kata-kata tersebut dikamar anda tepat di depan tempat tidur anda, sehingga ketika anda bangun, anda langsung membaca kata-kata tersebut. Praktekkan trik sederhana ini setiap kali anda mau melakukan kegiatan, maka sedikit demi sedikit fikiran negative dalam diri anda akan hilang dan berganti dengan yang positif dan rasa malaspun akan kabur dari anda.

Catat Dan Selalu Renungkan Goal/Tujuan Anda, Dan Yakinlah Bahwa Anda Pasti Sukses.
Dengan mencatat dan merenungkan apa yang menjadi tujuan anda, maka anda akan selalu merasa tertantang untuk meraih kesuksesan itu, dan juga anda juga harus selalu yakin bahwa anda akan sukses. Karena, Meskipun anda mencatat Goal anda tapi anda tidak yakin bahwa anda akan sukses meraihnya, maka setiap saat anda melakukan kegiatan hanya hampa yang akan anda rasakan, karena tidak yakin kalau anda akan sukses.

Jika anda sudah menulis dan selalu merenungkan Goal anda, dan juga anda yakin sekali kalau anda akan sukses, maka tak ada rasa malas sedikitpun dalam diri anda.

Selalu Lihatlah Orang-orang Sukses Disekitar Anda Mengapa ini penting..??
Karena dengan melihat orang-orang yang sudah sukses, khususnya yang goalnya sama dengan anda, maka anda akan selalu termotivasi untuk bisa sama dengan mereka, Istilahnya dalam hal ini anda punya saingan, sehingga anda selalu bersemangat untuk mencapai goal anda, dan tak akan ada lagi rasa malas dalam diri anda. Ada sebuah kata-kata super dahsyat dalam hal ini yaitu “Kalau Dia Bisa, Kenapa Saya Tidak!! Wong Sama-Sama Manusia” kata-kata juga harus selalu anda renungkan untuk menghilangkan rasa malas dalam diri anda.


Mungkin hanya itu yang bisa saya share pada tulisan kali ini, semoga bisa membantu anda menghilangkan rasa malas yang selama ini mengganggu hidup anda. 
Read more ►

Tana Toraja dan Budaya

0 komentar

Jika anda mendengar nama Toraja , pasti langsung melekat dengan suku, tradisi, budaya dan Indonesia. Suku Toraja yang mendiami daerah pegunungan dan mempertahankan gaya hidup yang khas dan masih menunjukkan gaya hidup Austronesia yang asli dan mirip dengan budaya Nias.

Daerah ini merupakan salah satu obyek wisata di Sulawesi Selatan. Salah satu budaya yang menarik dari Tana Toraja adalah adat Mapasilaga Tedong atau adu kerbau. Kerbau yang diadu di sini bukanlah kerbau sembarangan. Biasanya, kerbau bule (Tedong Bunga) atau kerbau albino yang menjadi kerbau aduan.

Sebelum upacara adat berlangsung, puluhan kerbau yang akan diadu dibariskan di lokasi upacara. Kerbau-kerbau tersebut kemudian diarak dengan didahului oleh tim pengusung gong, pembawa umbul-umbul, dan sejumlah wanita dari keluarga yang berduka ke lapangan yang berlokasi di rante (pemakaman).

Saat barisan kerbau meninggalkan lokasi, musik pengiring akan dimainkan. Irama musik tradisional tersebut berasal dari sejumlah wanita yang menumbuk padi pada lesung secara bergantian. Sebelum adu kerbau dimulai, panitia menyerahkan daging babi yang sudah dibakar, rokok, dan air nira yang sudah difermentasi (tuak), kepada pemandu kerbau dan para tamu.


Adu kerbau kemudian dilakukan di sawah, dimulai dengan adu kerbau bule. Adu kerbau diselingi dengan prosesi pemotongan kerbau ala Toraja, Ma’tinggoro Tedong, yaitu menebas kerbau dengan parang dan hanya dengan sekali tebas.
Read more ►

Wisata & Bersepeda Santai Di Bandung

0 komentar

Kali ini kami menyajikan buat warga Bandung yang hobi bersepeda dan ingin mencoba wisata bersepeda sambil menikmati indahnya pemandangan alam Kota Bandung, tidak ada salahnya cek rute-rute jalur wisata sepeda berikut ini.

Punclut
Siapa yang tidak tahu Punclut? Kawasan yang terkenal akan hidangan khas Sundanya ini mempunyai jalur lintas sepeda yang cukup bervariasi. Jalanan yang terbentang sepanjang 5KM ini menghubungkan kawasan Ciumbuleuit hingga Lembang. Jalanan yang menanjak, menukik dan juga mempunyai turunan tajam ini cocok untuk Wargi Bandung yang baru menekuni hobi bersepeda

Jayagiri, Lembang
Rute ini diawali dengan tanjakan yang tidak akan membuat Wargi Bandung merasa bosan, karena di sekeliling jalan terdapat barisan pohon pinus yang membuat pemandangan gunung lebih terasa. Jika ingin mencoba Down Hill track, rute ini rasanya patut dicoba. Bagi pemula, disarankan menggunakan body protector karena akar-akar pohon yang timbul dari dalam tanah membuat para pengendara sepeda seringkali terjatuh.

Kiara Payung, Jatinangor
Jalur Kiara Payung terbilang cukup bagus. Dimulai dengan melintasi lahan Kina, perkebunan jagung milik penduduk, hutan bambu dan pinus, lalu diakhiri dengan perkampungan. Apabila Wargi Bandung ingin beristirahat, di sepanjang jalan menujuj bumi perkemahan Kiara Payung terdapat beberapa warung tenda yang menyediakan aneka makanan dan minuman ringan.

Caringin Tilu
Jalur sepeda yang satu ini didominasi oleh tanjakan dengan jalan aspal. Jalur yang berjarak 7 KM dari Saung Angklung Udjo ini terbilang cukup pendek. Sampai saat ini, jalur Cartil masih menjadi favorit Wargi Bandung, karena dapat tembus menuju Warung Bandrek, Taman Hutan Raya Ir. H. Juanda dan keluar dari Simpang Dago.

Warban (Warung Bandrek)
Warban atau Warung Bandrek menjadi tempat istirahat yang paling nge-hits dan paling sering dikunjungi oleh Wargi Bandung yang hobi bersepeda, terutama saat akhir pekan. Rute ini dimulai dari Taman Hutan Raya Ir. H. Juanda, lalu melewati berbagai tanjakan seperti tanjakan Pinus, dan Tanjakan “Putus Asa” yang membuat para pengendara sepeda putus asa karena tanjakannya yang begitu tinggi.

Cikole, Lembang
Di Cikole, terdapat 2 macam track, yang pertama AM (All Mountain) dan DM (Down Hill). Bagi pecinta down hill, jalur ini cocok untuk tempat berlatih. Hala rintang yang terdapat di jalur ini sangat bervariatif, dan sebagian besar didominasi oleh tanah, bebatuan kecil dengan variasi jalan besar dan single track. Trek AM tidak kalah serunya dengan DH. Trek sepanjang 16,5 KM ini terdiri dari 20% tanjakan, 10% dataran & 70% turunan.

Trek Tamiya
Trek yang berlokasi di Jl. Cimuncang ini memang terbilang baru. Untuk mencapai trek ini juga bisa melalui Warban. Lintasannya cukup variatif, terdapat turunan single track yang cukup tajam. Lintasan ini disebut lintasan tamiya karena menyerupai lintasan tamiya (merek mainan mobil-mobilan.red) yang berliuk-liuk.

Trek Palintang
Palintang adalah nama sebuah kampung di Kecamatan Cilengkrang, BandungTimur yang berjarak kurang lebih 8 KM di utara Ujung Berung. Pada tahun 2007, jalur ini masih berupa bebatuan, tetapi sekarang sudah beraspal dan menjadi tempat favorit bagi para penggemar uphill dan offroad. Apabila diteruskan hingga utara Kampung Palintang, terdapat hamparan kebun Kina dan juga terdapat puncak Palintang yang merupakan titik start dari beberapa jalur offroad sepeda gunung.

Oray Tapa

Oray Tapa merupakan Bumi Perkemahan yang terletak di Desa Mekar Manik, Kecamatan Cimenyan. Pemandangan di lokasi ini pun tidak kalah dengan Lembang. Bumi Perkemahan ini merupakan hutan dengan campuran pohon pinus dan pohon cemara. Meskipun tingkat kesulitannya masih dibawah Caringin Tilu, tetapi jalannya yang berliuk dan hampir seluruh lintasan berupa tanjakan cocok bagi Wargi Bandung pecinta AM (All Mountain).
Read more ►

Kamis, 29 Oktober 2015

Kendala Produksi Garam Rakyat

3 komentar

Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dengan jumlah lebih kurang 17.500 pulau dan luas laut sekitar 5,8 juta km2. Dengan kata lain wilayah Indonesia didominasi oleh lautan atau tiga per empat wilayahnya merupakan lautan dan sisanya adalah daratan secara otomatis Indonesia pun dianugerahi garis pantai yang sangat panjang, tercatat Indonesia memiliki panjang garis pantai sekitar 81.000 km yang merupakan garis pantai terpanjang kedua di dunia setelah Kanada.

Terdiri dari gugusan kepulauan yang terbentang sepanjang garis Khatulistiwa, memiliki wilayah lautan luas dan garis pantai yang sangat panjang merupakan merupakan anugerah tak terhingga dari Tuhan yang diberikan kepada bangsa ini. Sehingga banyak pihak yang menganggap bahwa bangsa ini dapat mencukupi segala kebutuhannya sendiri.

Berkaitan dengan wilayah laut yang luas dan garis pantai yang sangat panjang banyak pihak pula yang menilai bahwa bangsa Indonesia mampu mencukupi kebutuhan garam dalam negeri sendiri (swasembada garam). Sehingga pemerintah pun melalui Kementerian Kelautan dan Perikanan mengeluarkan kebijakan moratorium impor garam dalam rangka memproteksi para petambak garam lokal.

Setiap kebijakan pastinya akan menuai pro dan kontra dari berbagai stakeholder, baik masyarakat, industri/pengusaha, petambak/produsen garam lokal dan pemerintah sendiri.
Untuk itu mari kita telaah kembali apakah kebijakan tersebut tepat untuk mencukupi kebutuhan dalam negeri ataukah sebaliknya kebijakan justru menjadi back firing effect bagi kepentingan yang lebih luas.   

Bukan Jaminan

Memiliki garis pantai terpanjang di dunia bukan jaminan petambak garam bisa memproduksi garam dengan kuantitas dan kualitas tinggi. Indonesia hanya 60-80 ton/Ha. Sementara itu di Australia bisa menghasilkan garam 350 ton/hektar. Kemudian muncul pertanyaan "mengapa produktivitas garam rakyat rendah?"

Banyak kendala garam rakyat masih sulit dikembangkan di Indonesia. Pertama, Indonesia memiliki humiditas (kelembapan udara) yang cukup tinggi yaitu di kisaran 60-70. Sementara itu, di Australia kelembaban udara sekitar 20-30%.

Kedua, Indonesia mengalami musim kemarau yang relatif pendek yaitu berkisar 4 s.d 5 bulan pertahun. Meskipun di Indonesia bagian Timur musim kemarau dapat mencapai 7 s.d 8 bulan pertahun,  Namun wilayah tersebut produktivitas garam belum digarap dengan optimal.

Ketiga, Kepemilikan lahan tambak garam yang terlalu kecil. Rata-rata hanya 0,5 sampai dengan 5 hektar per petambak, dengan penataan petak pemurnihan dan petak kristalisasi yang tidak memenuhi persyaratan. Selain itu pola produksi petambak garam lokal yang masih individual dan cenderung tidak terintegrasi.

Di dalam pembuatan garam masyarakat petambak garam menggunakan cara yang sangat sederhana yaitu menguapkan air laut di dalam petak penggaraman dengan tenaga sinar matahari tanpa sentuhan teknologi apapun, sehingga walaupun bahan baku melimpah namun salinitas dan polutan yang terlarut sangat beragam.

Meningkatkan Daya Saing Industri

Saat ini pemasok garam nasional adalah PT Garam dan  Petambak garam tradisional dengan jumlah produksi 1.200.000 ton pertahun. Sementara itu permintaan garam nasional terbagi menjadi dua yakni garam konsumsi sebesar 933.000 ton pertahun dan garam industri 2.637.100 ton pertahun. Dengan demikian kebutuhan garam dalam negeri masih defisit sekitar 1.437.100 ton pertahun.

Dengan kondisi alam dan sarana produksi yang tidak semewah Australia, hampir sulit untuk meningkatkan produktivitas garam lokal setara garam impor.

Produksi garam lokal rata-rata  hanya sebesar 1,7 juta ton pertahun. Sementara berdasarkan kebutuhan garam nasional tahun 2015 diperkirakan sekitar 3,6 juta ton. Kualitas garam rakyat juga masih rendah, sehingga belum dapat digunakan untuk bahan baku industri (kandungan NaCl untuk industri Min 97%).

Hasil produksi garam petambak tradisional berbentuk kristal kecil dan rapuh. Hal tersebut dikarenakan pada proses pelepasan air tua yang belum saatnya serta waktu pemanenan yang terlalu pendek yakni berkisar 3 s.d 5 hari. Dengan warna yang buram serta kualitasnya pun masih dibawah standar, dimana kandungan atau kadar NaCl 88-92,5 % , dan kadar Mg 0,63- 0,92 %. Secara garis besar garam produksi petani tradisional hanya memenuhi spesifikasi konsumsi rumah tangga, namun belum memenuhi spek/kriteria yang dibutuhkan oleh industri.

Industri yang menggunakan garam sebagai bahan baku seperti plastik, deterjen, dsb akan kesulitan untuk berdaya saing bila dipaksakan untuk menggunakan garam produk petani lokal, selain karena spesifikasi yang tidak memenuhi kriteria industri juga secara kuantitas supply-nya masih sangat kurang.

Namun bukan tidak mungkin Indonesia ke depan mampu untuk swasembada garam industri. Sentra garam di pantai-pantai Nusa Tenggara Timur (NTT) sangat potensial untuk dikembangkan. Itupun butuh waktu panjang dan investasi besar merealisasikannya. Berdasarkan data KKP, di NTT terdapat 97 unit sentra produksi garam rakyat dengan 3.500 tenaga kerja. Lokasi potensial untuk tambak tersebut antara lain di Kabupaten Kupang, Timor Tengah Selatan, Timor Tengah Utara, Rote Ndao, Ende, Ngada dan Kabupaten Sumba Barat. Pada tahun 2010, Menteri KKP Fadel Muhammad pernah membuka 8.953,25 Ha lahan di NTT. Dari total lahan itu, yang tergarap baru 151 ha. Permasalahan yang dihadapi sangat rumit, mulai dari modal, sosial-budaya (orang NTT tidak mau jadi petambak garam), keahlian tenaga kerja, sarana dan prasarana.

Sinergis Kebijakan

Kebijakan Pemerintah melalui Kementerian Kelautan dan Perikanan soal garam haruslah sinergis serta mewadahi seluruh stakeholder yang ada, baik masyarakat, petambak, dan industri. Jangan sampai kebijakan memproteksi petambak tradisional malah menjadi back firing bagi pemerintah sendiri dikarenakan industri dalam negeri yang kalah bersaing di kancah global.

Selama produksi garam dalam negeri belum dapat mencapai target serta kualitas yang dibutuhkan industri. Pemerintah masih bisa memproteksi petambak garam tradisional dengan mengeluarkan regulasi yang ketat dimana garam produksi dalam negeri haruslah didistribusikan dan dikonsumsi khusus untuk rumah tangga, sementara garam impor dengan spesifikasi tertentu dikhususkan untuk industri.  


Selain itu dukungan penuh pemerintah baik melalui bantuan permodalan dan juga transfer teknologi harus terus dilaksanakan agar produktivitas serta kualitas garam lokal semakin meningkat. (*)
Read more ►
 

Copyright © Jamal Saripudin Design by Jamal Saripudin | Powered by Blogger